Dunia ternak dan dunia pertanian sesungguhnya
adalah dua hal yang tak terpisahkan, simbiosis mutualisme istilah
kerennya.Bagaimana tidak,limbah pertanian yang berupa jerami,tebon jagung, rendeng
kedelai, kacang-kacangan dan lainnya bisa diolah menjadi pakan ternak
sedangkan limbah peternakan yang berupa kotoran ternak padat maupun cair (urine) bisa diolah sebagai
pupuk organik yang sangat potensial untuk meningkatkan kesuburan tanah,
sehinngga mampu menghasilkan panen yang melimpah dan berkwalitas.
Pak Ema adalah salah satu petani
dan peternak yang telah membuktikannya, Pria muda asal lamongan ini secara
konsisten selama empat tahun terakhir berkonsentrasi memanfaatkan limbah
peternakan sapi menjadi pupuk kascing (bekas cacing) dan POC organik.Hasilnya
sungguh mencengangkan,1 Ha lahan padi yang diolah secara organik mampu menghasilkan
17 ton padi/gabah, sedangkan petani lainnya yang menggunakan pupuk kimia hanya
mampu memproduksi 10-12 ton per Ha lahan.Rendemen beras yang dihasilkan juga
meningkat, pengolahan lahan secara kimia hanya mampu mengsilkan 66-68%,
sedangkan pertanian organik mampu mengasilkan 72% Beras dari Padi kering
giling.Disamping kwantitas hasil panen yang meningkat, pengolahan lahan secara
organik juga mampu meningkatkan kwalitas beras yang dihasilkan,padi organik
jelas tidak tercemar bahan kimia berbahaya, rasanya juga lebih gurih, pulen dan
tidak mudah basi.Dari kwalitas yang bagus inilah beras organik semakin dicari
oleh masyarakat yang sadar akan pola hidup sehat yang membawa dampak baik
terhadap harga beras organik yang mencapai 12.000 – 15.000/ kg bila dibandingkan
dengan beras biasa yang harganya kisaran 6.600 – 8.000/kg.
Selain itu tanah pertanian yang
diolah secara organik, tingkat kesuburannya semakin hari akan semakin bertambah
baik dikarenakan unsur hara dan ekosistemnya terjaga. Berbeda dengan pengolahan
yang menggunakan pupuk kimia, tanah pertanian semakin tandus, unsur hara
merosot karen ekosistem tak seimbang, mikro organisme ataupun hewan yang
menguntungkan seperti cacing yang ada
dalam tanah mati akibat penggunaan pupuk kimia.
Dengan melihat fakta ini
seharusnya kita sebagai petani peternak semakin gigih untuk mensosialisasikan
prospek usaha dibidang peternakan dan pertanian.Kuncinya adalah sebagai
peternak bagaimana memproduksi pakan dengan harga murah dan berkualitas, begitu
juga sebagai petani bagaimana menekan biaya produksi semurah mungkin, dan ini
telah terjawab sebagaimana yang dilakukan Pak Ema selama empat tahun terakhir.
Tetapi kenyataanya memang tidak mudah untuk merubah pola masyarakat petani yang
telah terpola dengan budaya instan yang telah dilakukan puluhan tahun dengan
menggunakan pupuk kimia. Caranya hanya satu tidak usah terlalu banyak bicara,
lakukan saja seperti yang Pak Ema lakukan, InsyaAlloh yang lain akan ikut jika
sudah tahu hasilnya.Selamat berkarya..jayalah petani peternak Indonesia, karena
kedepan setelah Dien yang kokoh, hanya masyarakat yang kuat ketahanan
pangannya yang tidak mudah digoyahkan.InsyaAlloh.....