GRIYA TERNAK Mengucapkan terimaksih yang mendalam kepada Bpk.Noer sekeluarga-Sidoarjo, Bpk.Kholid-Jombang, Bpk Fauzi-Jombang,Bpk.Sulistono-Jbg, Bpk Syamsudin-Jbg,mitra kami yang ada di Jombang,Jogja, Surabaya,Sidoarjo,Mojokerto,Tuban, Tulung Agung,Blitar, Kediri,Madiun,Nganjuk,Bojonegoro,Jember,dan seluruh anggota PROGRAM TAQWA Herba Organic Chicko yang telah mempercayakan pengadaan hewan qurban kepada Kami, Insya Alloh ditahun mendatang kami akan berupaya memberikan pelayanan yang lebih Baik Lagi.

Pertanian dan Peternakan Organik yang Terbukti Menguntungkan.


Dunia ternak dan dunia pertanian sesungguhnya adalah dua hal yang tak terpisahkan, simbiosis mutualisme istilah kerennya.Bagaimana tidak,limbah pertanian yang berupa jerami,tebon jagung, rendeng kedelai, kacang-kacangan dan lainnya bisa diolah menjadi pakan ternak sedangkan limbah peternakan yang berupa kotoran ternak  padat maupun cair (urine) bisa diolah sebagai pupuk organik yang sangat potensial untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehinngga mampu menghasilkan panen yang melimpah dan berkwalitas.

Pak Ema adalah salah satu petani dan peternak yang telah membuktikannya, Pria muda asal lamongan ini secara konsisten selama empat tahun terakhir berkonsentrasi memanfaatkan limbah peternakan sapi menjadi pupuk kascing (bekas cacing) dan POC organik.Hasilnya sungguh mencengangkan,1 Ha lahan padi yang diolah secara organik mampu menghasilkan 17 ton padi/gabah, sedangkan petani lainnya yang menggunakan pupuk kimia hanya mampu memproduksi 10-12 ton per Ha lahan.Rendemen beras yang dihasilkan juga meningkat, pengolahan lahan secara kimia hanya mampu mengsilkan 66-68%, sedangkan pertanian organik mampu mengasilkan 72% Beras dari Padi kering giling.Disamping kwantitas hasil panen yang meningkat, pengolahan lahan secara organik juga mampu meningkatkan kwalitas beras yang dihasilkan,padi organik jelas tidak tercemar bahan kimia berbahaya, rasanya juga lebih gurih, pulen dan tidak mudah basi.Dari kwalitas yang bagus inilah beras organik semakin dicari oleh masyarakat yang sadar akan pola hidup sehat yang membawa dampak baik terhadap harga beras organik yang mencapai 12.000 – 15.000/ kg bila dibandingkan dengan beras biasa yang harganya kisaran 6.600 – 8.000/kg.

Selain itu tanah pertanian yang diolah secara organik, tingkat kesuburannya semakin hari akan semakin bertambah baik dikarenakan unsur hara dan ekosistemnya terjaga. Berbeda dengan pengolahan yang menggunakan pupuk kimia, tanah pertanian semakin tandus, unsur hara merosot karen ekosistem tak seimbang, mikro organisme ataupun hewan yang menguntungkan seperti cacing  yang ada dalam tanah mati akibat penggunaan pupuk kimia.

Dengan melihat fakta ini seharusnya kita sebagai petani peternak semakin gigih untuk mensosialisasikan prospek usaha dibidang peternakan dan pertanian.Kuncinya adalah sebagai peternak bagaimana memproduksi pakan dengan harga murah dan berkualitas, begitu juga sebagai petani bagaimana menekan biaya produksi semurah mungkin, dan ini telah terjawab sebagaimana yang dilakukan Pak Ema selama empat tahun terakhir. Tetapi kenyataanya memang tidak mudah untuk merubah pola masyarakat petani yang telah terpola dengan budaya instan yang telah dilakukan puluhan tahun dengan menggunakan pupuk kimia. Caranya hanya satu tidak usah terlalu banyak bicara, lakukan saja seperti yang Pak Ema lakukan, InsyaAlloh yang lain akan ikut jika sudah tahu hasilnya.Selamat berkarya..jayalah petani peternak Indonesia, karena kedepan setelah Dien yang kokoh, hanya masyarakat yang kuat ketahanan pangannya yang tidak mudah digoyahkan.InsyaAlloh.....

PETANI PETERNAK KAYA DENGAN ALFALFA


Alfafa bagi masyarakat Indonesia sangatlah asing, hanya sebagian masyarakat kita yang mengenal tanaman ini. Tanaman leguminosa tahunan ini dinilai istimewa karena kekayaan nutrisi dan fitogenik serta banyak kegunaan. Dunia Arab memberinya nama Al-Fisfisa, yang bahasa Spayol menjadi Alfalfa dan artinya “Bapak Semua Makanan”. Di Amerika Serikat dijuluki sebagai “Queen of the Forages” (ratu semua hijauan pakan) dan merupakan tanaman komersial dengan total areal nomor empat setelah jagung, gandum, dan kedelai.

Sejak tahun 1990-an, Indonesia sudah mulai mengembangkan budidaya alfalfa. Dan ilmuwan Indonesia sudah berhasil merintis budidaya alfalfa di dataran rendah yang disebut Alfalfa Tropika yang disingkat Alfata. Berbagai penelitian lain juga menunjukkan alfalfa berpeluang besar dibudidayakan di Indonesia, tidak hanya di dataran tingginya, dan bisa dikembangkan di lahan kering. Di Indonesia kini sudah ada kebun-kebun alfalfa yang hasilnya bahkan sudah ada yang diekspor.


Multiguna

Alfalfa diduga merupakan tanaman asli Asia Barat daya dan sudah digunakan di Persia ribuan tahun Sebelum Masehi (SM), diperkenalkan ke Eropa abad kelima SM, dibawa bangsa Spanyol ke Amerika Selatan dan memasuki Amerika Serikat tahun 1800-an. Dari awal sudah digunakan sebagai pakan ruminansia, utamanya kuda dan sapi, dan sebagai makanan dan minuman kesehatan dari daun, biji dan kecambah alfalfa. Alfalfa dikenal sebagai hijauan pakan yang kandungan nutrisinya paling lengkap (sekitar 60 jenis) dengan tingkat kandungan paling tinggi di antara semua hijauan leguminosa pakan. Alfalfa kini telah menjadi pakan hijauan yang paling besar produksi globalnya di banding pakan hijauan lainnya.

Tanaman alfalfa (Medicago sativa) termasuk dalam famili Fabaceae dan genus Medicago. Bersifat perennial, bisa bertahan beberapa tahun dengan panen berkali-kali dalam setahun. Tinggi berkisar satu meter, dan akar masuk ke tanah sampai kedalaman 2-4 meter. Dibanding leguminosa lainnya, alfalfa lebih tahan terhadap kekeringan. Pada musim kemarau yang parah mampu melakukan dormansi (tidak aktif) dan aktif kembali bila tingkat kelembaban sudah sesuai.

Daftar nutrisi pada alfalfa panjang dengan tingkat kandungan yang tinggi. Di antaranya, kandungan protein sekitar 15-22%. Ada vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, K, Niacin, asam panthotenic, asam folat, inocitole, biotin. Ada mineral P, Ca, K, Na, Cl, S, Mg, Cu, Fe, Co, B, Mo, Ni, Pb, Sr, dan Pd. Kandungan serat rendah sehingga mudah dicerna hewan ternak.
 Kegunaan utama alfalfa, khusus daun dan tangkainya, sejak dahulu ialah sebagai pakan ternak ruminansia. Belakangan ini sudah digunakan sebgai pakan untuk unggas dan ternak lainnya.

Alfalfa juga digunakan sebagai pangan manusia, khususnya kecambah bijinya yang sudah popular di berbagai negara. Sejak zaman purba, alfalfa juga dikenal sebagai tanaman herbal yang berkhasiat memelihara kesehatan dan menangkal penyakit. Dunia industri sekarang mengolah alfalfa untuk memproduksi enzim-enzim industrial seperti peroxidase, alphaamylase, sellulase dan phytase.

Penghimpunan nitrogen melalui bintil-bintil akar serta cekaman akarnya yang mendalam menjadikan alfalfa cocok dijadikan tanaman untuk bioremidiasi maupun konservasi tanah, termasuk menahan erosi di lahan miring sampai kemiringan 80%. Juga sebagai tanaman rotasi untuk menyingkirkan hama atau penyakit tanaman tertentu. Dan belakangan ini sudah pula mulai dimanfaatkan sebagai sumber biofuel untuk pembangkit tenaga listrik.

Alfalfa Tropika
IAC telah berhasil mengembangkan alfalfa tropika (alfata) melalui sistem keseimbangan interflow, yakni mengkondisikan iklim mikro bawah tanah agar biji alfalfa dari daerah subtropik bisa tumbuh baik dan menghasilkan alfalfa dengan kandungan nutrisi tetap tinggi. Alfalta dalam beberapa aspek dinyatakan bahkan lebih unggul dari alfalfa tropis. Yakni panen bisa sekali 21 hari (subtropics 2 bulan sekali), kandungan protein 32% (dibanding 21%), usia produksi 3 tahun (dibanding 1 tahun), produksi 15 ton/ha (dibanding 10 ton/ha, media tanam segala jenis tanah termasuk lahan tidak produktif, dibanging tanah gromosol).
Sementara itu, hasil riset Widyati Slamet dkk (2009) dari Universitas Diponegoro, Semarang menunjukkan media tanam tidak memengaruhi produksi dan kualitas protein kasar, serat kasar, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik hijauan alfalfa pada pemotongan pertama. Semakin tinggi persentase pemberian kompos pada media tanam, produksi dan mutu hijauan alfalfa akan ikut meningkat. Sedangkan Juniar Sirait dkk dari Loka Penelitian Kambing Potong, Sungai Putih, Sumatera Utara menyimpulkan alfalfa yang ditanam di dataran tinggi beriklim basah Kabupaten Karo potensial digunakan sebagai bahan pakan kambing. Alasannya, pertumbuhan alfalfa baik, produksi cukup tinggi, nilai nutrisi di atas rumput alam dan merupakan sumber kaya protein dengan palabilitas cukup tinggi.
Pakan sejauh ini merupakan salah satu masalah utama dalam pengembangan ternak di Indonesia. Alfalfa berpeluang dijadikan sebagai salah satu jawaban strategis bagi masa depan peternakan di Indonesia.  (Sumber : Sinar Tani Edisi 15-21 Pebruari 2012 No. 3444 Tahun XLII)

Informasi lebih lanjut bagaimana analisa bisnis Alfalfa, cara budidaya, dan teknologi integrasi dengan peternakan & pertanian Hub. 081 233 129 267 / griyaternak

Domba & Kambing Yang Kian Langka


Fenomena penyembelehan kambing/domba betina produktif semakin menghawatirkan.harga betina yang sangat murah menjadi alasan para pedagang sate, dbahan pertimbangan. Dari tahun –ketahun ketersediaan bibit kambing/domba sudah dirasakan semakin sulit dikarenakan populasinya semakin berkurang yang diakibatkan oleh penyembelehan betina produktif yang juga dari tahunn ketahun selalu bertambah sangat signifikan. 

Data yang diperoleh oleh penulis, untuk mensuplay kebutuhan 2 lembaga penyedia aqiqah di kota surabaya saja mencapai 1000 ekor domba/kambing yang di potong dan sebagian besar adalah betina produktif yang disembelih, belum untuk mensuplay warung sate, depot , katering dan lain-lain. Dalam satu tahun untuk mensuplay 2 lembaga aqiqah ini saja setiap tahun 12.000 ekor yang disembelih di kota surbaya belum kota – kota besar lainnya, dan fenomena ini hampir terjadi merata diseluruh kota di pulai jawa. Jika tidak ada tindakan nyata dari komunitas peternak indonesia dan pemerintah untuk menangani hal ini, tidak menutup kemungkinan 5-10 tahun mendatang indonesia akan mengimpor kambing dari luar negeri.

Sungguh sangat disayangkan jika dengan potensi alam yang luar biasa, indonesia tidak bisa mencukupi kebutuhan daging kambing sendiri. Dan ini semua bisa benar – benar terjadi jika kita tidak segera mengambil tindakan dan mencari solusi terbaik untuk mencegah penyembelehan betina produktif.

Go Ternak Indonesia


Usaha budidaya ternak ruminansia (kambing,domba, sapi) di Indonesia sangatlah menjanjikan karena memilki daya dukung Sumber Daya Alam yang melimpah serta memilki pangsa pasar yang sangat luas untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri ataupun pasar ekspor. Disamping itu ternak ruminansia memiliki posisi yang strategis sebagai hewan qurban bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.Dalam budidaya ternak Sapi, Kambing dan Domba perlu di perhatikan beberapa hal yang mendukung keberhasilan untuk mendapatkan keuntungan yang masimal.Diantaranya adalah efisensi biaya pakan dan perawatan.Penggemukan dengan system intensif (kereman) akan memudahkan dalam perawatan dan menekan jumlah tenaga kerja, sedangkan penggunaan complete feed sebagai makanan harian akan mengefisienkan tenaga, biaya dan pertambahan berat badan harian jika dibandingkan dengan menggunakan rumput segar atau cara full tradisional.


Domba merupakan ternak ruminansia (memamah biak) kecil yang layak dikembangkan. Hal ini karena segudang keunggulan dalam beternak domba, yaitu tidak membutuhkan modal yang besar, teknik pemeliharaan yang relatif mudah, dan dengan  manajemen yang baik perputaran modal usaha ternak domba relatif cepat. Potensi pasar juga cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak untuk pasar dalam negeri cukup besar. 

Ide bisnisnya adalah kami berusaha untuk membangun sebuah peternakan yang mampu  memberikan hasil yang berkualitas dan dalam kuantitas yang semakin meningkat, mengingat banyak usaha sejenis yang masih tradisional sulit untuk memproduksi dalam kuantitas tertentu karena lemahnya manajemen. Dalam praktiknya bisnis dalam industri peternakan terbagi  menjadi 3(tiga) besar yakni; pembibitan, penggemukan dan pakan. Dan Kami telah memulai bisnis ini sejak tahun 2002 fokus pada penggemukan dan Pakan. Dikarenakan bisnis penggemukan Domba yang telah memasyarakat, maka saat ini yang menjadi kendala bagi para peternak adalah pengadaan bibit Domba yang berkualitas dirasakan mulai sulit. Oleh karena itu saat ini adalah moment yang sangat tepat untuk focus pada pembibitan (breeding) Domba, untuk memenuhi kebutuhan permintaan bibit Domba yang cukup signifikan.


SIMULASI USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

KETERANGAN
JUMLAH
Modal Tetap :
Kandang kapasitas 100 ekor

Modal Kerja:
Bibit domba berat 20kg x 100 x Rp 30,000
Pakan 90 hari x Rp.2800 x 100

TOTAL MODAL

Rp.   20.000.000


Rp.   60.000.000
Rp.   25.200.000

Rp.105.200.000
Kenaikan berat badan 5kg/bulan
Penggemukan 3 bulan,Berat per ekor Domba menjadi 35 kg

Hasil Penjualan 100 x 35kg x 30,000
Modal kerja
Laba Sementara
Gaji Karyawan/periode
Listrik & operasional
Penyusutan kandang

LABA BERSIH



Rp. 105.000.000
Rp.   85.000.000
Rp.   20.000.000
Rp.     2.250.000
Rp.        600.000
Rp.     2.500.000

Rp.  14.650.000


Catatan:
1.      Dengan formula pakan yang baik dan optimal serta pemilihan bibit domba yang bagus, kenaikan berat badan dilapangan bisa mencapai 7 kg / bulan.
2.      Modal tetap disusutkan tiap periode panen (3 bulan sekali)
3.      Idealnya 1 orang karyawan mampu menangani 200 ekor domba dengan tugas memberi pakan, dan minum serta membersihkan kandang pagi dan sore.
4.      Hasil sampingan seperti pupuk cair dan padat belum diperhitungkan.

Konsultasi Usaha Hubungi Call Center 0812 3312 9267 email:griyaternak@yahoo.com

Mari Berkarya Majulah Ternak Indonesia